Bokeh… Apakah hanya sekedar milimeter ?

Foto by ikimfoto by ikim

Bagi penggemar lensa tele pendek, pastilah sangat fasih untuk mengartikan kata Bokeh ini, yaitu : karakter bidang gambar/latar belakang yang tidak terfokus. Bokeh juga sering diartikan sebagai kualitas kekaburan latar belakang. Kata bokeh sebenarnya berasal dari bahasa jepang, dan artinya kurang lebih seperti pengertian yang di atas.
Pada prinsipnya, semua lensa memiliki karakteristik bokeh masing-masing, hanya saja kemunculan karakter dan kualitas bokeh sangat ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

  • Panjang fokal lensa tersebut, yang dinyatakan dalam satuan mm,
  • Jarak pemotretan, dari lensa ke objek,
  • Arsitektur optik lensa yang bersangkutan, yang biasanya melibatkan perhitungan2 fisika optik super-rumit, yang biasanya diketahui oleh produsen lensa tersebut.

Panjang fokal lensa : apakah hanya parameter utama ?
Seperti yang anda ketahui,bahwa di dunia fotografi, ratusan jenis lensa telah diciptakan oleh beberapa produsen peralatan fotografi yang terkemuka di dunia, dan kesemua lensa itu bisa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lensa fixed dan lensa zoom. Lensa fixed memiliki panjang fokal lensa yang permanen, sehingga tidak bisa digeser-geser. Lensa fixed sendiri terbagi ke dalam dua golongan, yaitu lensa fixed peruntukan umum dan lensa fixed peruntukan khusus. Sedangkan lensa zoom itu sendiri memiliki panjang fokal lensa yang dapat digeser-geser, untuk merubah komposisi pemotretan.

Nah, apakah anda pernah bertanya-tanya untuk apakah lensa-lensa yang sedemikian banyaknya diciptakan, sedangkan banyak diantaranya yang memiliki panjang fokal lensa yg bersinggungan ? seperti misalnya seorang fotografer profesional, ataupun fotografer yang tidak memiliki keterbatasan anggaran, bisa-bisa mempunyai 3 lensa yang panjang fokalnya bersinggungan, misalnya : 24-105mm, 70-200mm, dan 85mm. Bukankah ketiga lensa tersebut telah ”mengandung” panjang focal 85mm juga? Apakah yang salah dengan lensa 24-105mm dan 70-200mm tersebut, sehingga sang fotografer tersebut merasa masih harus memiliki lensa 85mm.

Dari beberapa alasan teknis dan non-teknis yang sering dikemukakan oleh pemakai lensa-lensa semacam itu, salah satunya adalah mengejar karakter dan kualitas bokeh yang sesempurna mungkin. Lalu mengapa bokeh yang berkualitas perlu dikejar? Tidak lain adalah karena bokeh yang sempurna itu memang enak dilihat. Dan perlu anda ketahui bahwa bokeh yang sempurna itu mutlak hanya bisa dikejar dari lensa. Betapapun canggihnya anda memainkan berbagai parameter manipulasi di software2 tercanggih, tetap saja hasilnya tidak akan bisa menyamai kualitas bokeh yang diberikan oleh lensa2 terbaik dari produsen kamera terkemuka.

Lalu, apakah sebenarnya kriteria bokeh yang sempurna tersebut ? bokeh yang sempurna seringkali terlihat enak dilihat karena adanya transisi bidang terfokus ke bidang tidak terfokus secara sangat lembut dan gradual. Selain itu, kekaburan latar belakangpun akan terlihat lembut dan ”mirip lukisan impresionis”, tidak benar-benar kabur / ”hancur”. Bila objek utamanya dilatarbelakangi oleh kondisi yang sepenuhnya kabur, maka objek utama itu akan terlihat ”flat”, datar, dan tidak berdimensi. Dengan kata lain, kesempurnaan bokeh yang diberikan oleh lensa2 terbaik akan membuat hasil foto lebih berdimensi, memiliki kesan ”kedalaman”, dan akan menimbulkan kesan lebih ”hangat”, romatis, atau melankolis. Pada umumnya, kesempurnaan bokeh semacam ini dicari untuk objek2 pemotretan fashion/ potraiture/ glamour yang dikomposisikan setengah badan hingga close-up.

Nah, sudah menjadi anggapan umum di kalangan fotografer, bahwa untuk komposisi setengah badan, lensa yang panjang fokalnya paling cocok adalah berkisar antara 85-108mm (pada format 135mm/ukuran sensor full size 36x24mm). Untuk panjang fokal lensa sekitar 135mm hingga 180mm, biasanya lebih cocok diterapkan pada objek pemotretan dengan komposisi seluruh badan, untuk menciptakan kualitas dan karakteristik bokeh yang mirip dengan lesan 85-105mm pada objek pemotretan setengah badan.
Nah, jika demikian pertanyaannya akan berbalik lg ke yang sebelumnya dipertanyakan : apakah perbedaan dari lensa 24-105mm, 70-200mm dan 85mm ?

Spesialis vs Serbabisa : lebih unggul mana ?
Jawabannya simpel saja : spesialisasi lebih baik dalam hal kualitas, dan serbabisa lebih baik dalam hal kuantitas. Contohnya sajadokter spesialis dan dokter umum. Seorang dokter umum mungkin saja dapat menyembuhkan hampir semua penyakit, tapi tentu saja bukan yang bersifat krinis/mendalam. Untuk penyakit yang mendalam, anda pasti direferensikan untuk menghubungi dokter spesialis. Memang benar faktanya, bahwa dokter spesialis tersebut pastinya hanya akan jago di bidang yang merupakan spesialisasinya, tapi di bidang itu pulalah ia akan lebih bisa menjamin kesembuhan anda.
Demikian juga dgn lensa, salah satu contoh paling mencolok adalah di merk Canon. Lensa EF 24-105mm f/4.0L IS harganya sekitar 12juta rupiah. Lensa EF 70-200mm f/2.8 IS harganya sekitar 16juta rupiah. Sedangkan lensa EF 85mm f/1.2L hanya dapat anda peroleh dengan 20juta rupiah lebih. Wow ! mengapa satu gelondong lensa yang tidak sepraktis lensa zoom, bisa mengalahkan harga jual lensa zoom terbaik dari Canon? Tidak lain adalah karena kualitas yang ditawarkan oleh lensa ”spesialisasi” tersebut.

Dengan merujuk pada 3 poin faktor penentu karakter dan kualitas bokeh tsb, cobalah anda lihat kembali point ke-3 : Aspek arsitektur optik lensa yang bersangkutan. Memang benar, bahwa panjang fokal ketiga lensa tersebut ada yang sama, namun sudah jelas arsitektur optik ketiga lensa tersebut berbeda jauh. Disinilah bedanya, dan perbedaan itu pastinya harus anda tebus dengan harga tersendiri. Memang benar bahwa canon pun menyediakan lensa 85mm khusus yang harganya lebih bersahabat, yaitu EF85mm f/1.8. harganya kurang dari 4 juta. Bedanya hampir seperempatnya ? Ya betul. Bukan hanya karena faktor perbedaan 1 stop bukaan diafragma terbesar dari f/1.2 ke f/1.8, tapi juga material dan arsitektur optiknya, material fisik, dan struktur mekanisme diafragmanya. Hampir kesemuanya itu pada akhirnya memiliki kontribusi terhadap terbentuknya hasil foto dengan karakter bokeh yang sempurna tadi. Nikon pun menyediakan 2 pilihan lensa semacam itu, yaitu nikkor AF 85mm f/1.4 IF dan nikkor AF 85mm f/1.8.

Kesimpulan : Jadi apakah perlu membeli lensa khusus dengan harga mahal seperti itu, sementara secara sepintas tidak tampak perbedaan pada hasilnya? Ya, semua itu berpulang lagi pada seberapa besar keinginan anda untuk menuju kesempurnaan bokeh tersebut.

Saran : Bila anda belum sepenuhnya memahami apa arti kesempurnaan hasil foto yang diberikan oleh lensa2 premium semacam itu, jangan pernah berusaha untuk membeli lensa itu, kecuali jika anda memang punya uang yang tidak terbatas untuk membelinya. Karena,ketika anda tidak dapat meresapi kualitas lensa tersebut, maka kualitas yang ditawarkannya menjadi sia-sia.

full frame

Leave a comment...